Menyimak Kasak - Kusuk Jokowi Vs Prabowo Mencari Mitra Koalisi - Setelah pemilu legislatif pada 9 April 2014, terjadi pergerakan agresif antara kubu Jokowi dan Prabowo dalam mencari mitra koalisi. Keduanya menurut exit poll yang dilansir Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) belum aman mencalonkan pasangannya sendiri.
Jokowi dengan tingkat elektabilitas dan popularitasnya terlihat langsung berlari cepat. Hasilnya, PDIP mendapat kepastian koalisi dari Partai NasDem. Sedangkan kubu Prabowo cenderung bersifat senyap, tidak terliput media.
Berikut ini beberapa aksi adu balap di antara kedua tokoh dalam upaya merayu mitra koalisi.
1. Lobi ke PKB
Jokowi sepertinya lebih dulu mendekati PKB. Pada 12 April lalu, Jokowi mendatangi markas PKB. Bersama Ketua Dewan Tahfidz PKB Muhaimin Iskandar, Jokowi melakukan salat bareng dan makan nasi kebuli. Soal hasil, belum begitu terlihat. Ketua Fraksi PKB Marwan Jafar mengatakan partainya belum memutuskan sikap atas tawaran Joko Widodo untuk berkoalisi. "Kami belum sampai ke koalisi. Masih dipertimbangkan," kata Marwan kepada Tempo dua hari kemudian.
Adapun kubu Prabowo tiga hari kemudian mendekati PKB melalui pertemuan dengan Ketua PBNU Said Aqil Siradj. Pertemuan yang berlangsung hampir dua jam sejak pukul 20.15 itu, menurut Prabowo, belum membicarakan capres. "Enggak, kunjungi sahabat saja," kata Prabowo. Sedangkan Jokowi sudah lebih dahulu menemui jajaran pengurus PB NU sehari sebelum kedatangan Prabowo. Bedanya, Prabowo setelah bertemu PBNU langsung mengunjungi sejumlah kiai di Jawa Tengah.
2. Lobi ke PPP
Suara PPP--meskipun pada hitung cepat versi SMRC pemilu legislatif tidak terlalu besar dibanding PKB, hanya 6,3 persen--tetap diminati sebagai mitra koalisi. Dukungan PPP terhadap Jokowi sudah sejak sebelum pemilu. Keputusan Musyawarah Kerja Nasional PPP di Bandung pada Februari 2014 lalu memutuskan, bila berkoalisi dengan calon di luar PPP, akan dipilih Jokowi. Bahkan, menurut Wakil Ketua Umum PPP Emron Pangkapi, dukungan juga disampaikan langsung dua hari menjelang pemilihan legislatif oleh Sekretaris Jenderal PPP Rohamurmuziy. "Kalau soal dukung-mendukung, kami sebenarnya lebih dulu menyampaikan dukungan dibanding Nasional Demokrat," ujar Emron.
Dukungan PPP terpecah ketika Ketua Umum Suryadharma justru mendukung Partai Gerindra dan Prabowo Subianto dalam kampanye akbar Gerindra pada 23 Maret. Hasilnya, pada 18 April 2014, PPP resmi mendukung pencalonan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden. Keputusan ini diambil setelah Suryadharma Ali bersama sejumlah petinggi partainya bertemu Prabowo dan sejumlah petinggi Gerindra di kantor DPP PPP. Namun deklarasi itu belum bulat setelah Musyawarah Kerja Nasional III di Bogor, 23 April lalu, membatalkan dukungan PPP terhadap Gerindra. PPP sepertinya akan lepas dari genggaman Gerindra setelah lima hari kemudian mantan Ketua Umum PPP Hamzah Haz bertemu Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Waktu itu Hamzah didampingi Wakil Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa.
3. Lobi ke PAN
Jokowi seusai pemilu legislatif belum terang-terangan bertemu petinggi Partai Amanat Nasional (PAN). Namun Ketua Umum PAN Hatta Rajasa mengakui sering bertemu dengan Jokowi. "Pertemuan itu, ya, cukup sering. Saya tidak menutupi itu," katanya di Djakarta Theater, Senin, 21 April 2014. Mengenai kepastian Hatta menjadi wapres Jokowi, ditampik Hatta. "Saya katakan semua itu cair dan berkembang. Makanya diperlukan suatu kebersamaan di parlemen dan pemerintahan," katanya. Terakhir Hatta mendatangi Megawati untuk menjajaki pasangan Jokowi-Hatta pada 21 April. Pertemuan itu diaku hanya ngobrol-ngobrol.
Lain halnya dengan Gerindra. Kubu Amien Rais mendukung koalisi dengan Gerindra. Menurut Amien, peluang berkoalisi dengan PDI Perjuangan tipis karena Hatta tidak masuk daftar calon wapres Jokowi. Pada 25 April 2014, Hatta mengundang sekitar 60 alumni ITB di kompleks menteri, Jalan Widya Chandra, Jakarta Selatan. Pada pertemuan itu Hatta menyatakan rela menjadi wapres Prabowo. ”Pilihan ini sudah didiskusikan dengan semua pengurus PAN,” kata Hatta sembari meminta tetamu mendukung langkah politiknya.
4. Lobi ke Wiranto
Prabowo Subianto diam-diam juga mendekati Wiranto. Pertemuan ini diakui Fadli Zon. "Ngobrol lama, tentang bagaimana ke depan," ujar Fadli di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, seusai acara Peringatan 17 Tahun Berkibarnya Merah Putih di Puncak Mount Everest 26 April. Pertemuan itu, menurut Fadli, terjadi beberapa hari lalu dan berlangsung lama.
Wiranto pun ikut didekati oleh Jokowi. Pertemuan tersebut diakui setelah wartawan pada 28 April 2014 menanyakan langsung kepada Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo tentang kebenaran pertemuan Jokowi dengan Wiranto. Menurut dia, pertemuan terjadi pada 26 April lalu. Jokowi menemui Wiranto di rumahnya, kawasan Bambu Apus, Jakarta Timur. Namun Tjahjo berkilah pertemuan itu bersifat kekeluargaan sesama warga Solo, bukan pembicaraan koalisi. "Hanya komunikasi biasa."
5. Lobi ke Golkar
Seusai pemilu legislatif, Jokowi dipertemukan media dengan Aburizal Bakrie. Namun pertemuan resmi baru berlangsung pada 12 April. Ketika itu Jokowi mendatangi kediaman Aburizal. Wakil Ketua Umum Partai Golkar Sharif Cicip Sutardjo kepada wartawan mengaku ada pembicaraan mengenai koalisi. "Memang ada pembicaraan, 'sudah ketemu siapa saja'," kata Cicip menirukan pembicaraan kedua calon presiden itu. Jokowi, kata Cicip, kemudian menceritakan pertemuannya dengan Hatta Rajasa, Surya Paloh, dan Muhaimin Iskandar. Saat Jokowi mengatakan PDIP sudah memiliki calon presiden, Aburizal langsung memotong perkataannya. "Kami siap berkoalisi di parlemen," kata Cicip menirukan ucapan Aburizal.
Adapun kubu Prabowo mengakui juga sudah bertemu dengan Aburizal Bakrie. Pertemuan berlangsung seusai pemilu. Jokowi melakukan akrobat lain mendekati faksi Golkar melalui Akbar Tandjung pada 13 Maret 2014. Prabowo langsung membalas melalui pertemuan dengan Aburizal yang rencananya berlangsung Selasa siang, 29 April 2014.
Sumber : Tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar