Prabowo Versus Jokowi Ibarat Makan Buah Simalakama


Prabowo Versus Jokowi Ibarat Makan Buah Simalakama - Bagai makan buah simalakama, maju kena mundur pun kena. Dipilih belum tentu membawa maslahat, ditinggalkan bakal membawa kemudharatan. Inilah posisi umat Islam Indonesia menghadapi agenda besar perubahan kepemimpinan nasional 2014. Dari dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, tak satupun ada yang benar-benar pro terhadap Islam dan konsisten terhadap penegakan syariat Islam. 

Supaya tidak bingung menentukan pilihan, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab punya panduan yang sederhana  untuk umat. Menggunakan kaidah "wujuubul ‘amali bi akhoffidh dhororain" yaitu wajib beramal dengan mudharat yang lebih ringan.

Lalu bagaimana cara menerapkan kaidah tersebut untuk menilai mana yang lebih banyak maslahatnya untuk umat, Prabowo Subianto atau Joko Widodo?. 

http://www.suara-islam.com/images/berita/prabowo-jokowi-satgas_20140707_105331.jpg

Menurut Habib Rizieq, ada empat kritera untuk menjawab pertanyaan itu. Pertama, lihat dan cermati, siapa yang banyak didukung kelompok liberal dan aliran sesat dan sebaliknya, siapa yang lebih banyak didukung kelompok Islam. Kedua, siapa yang dikelilingi asing dan aseng dan sebaliknya, siapa yang kurang disukai asing dan aseng. Ketiga, siapa yang lebih tidak bertanggung-jawab, suka meninggalkan amanat tugas dari rakyat sebelum waktunya?. Keempat, siapa yang punya keberanian dan ketegasan untuk melawan intervensi asing? dan seterusnya.

“Jawaban dari semua pertanyaan di atas akan mengantarkan kita kepada pilihan yang terbaik dalam keadaan darurat saat ini, insya Allah,” ungkap Habib Rizieq.

Pasukan dan Pendukung Jokowi

Tjahjo Kumolo didapuk oleh partai koalisi pengusung Jokowi-JK menjadi ketua tim pemenangan. Lelaki kelahiran Surakarta 1 Desember 1957 ini adalah Sekjen PDIP Periode 2009-2014. Usai mengumumkan anggota tim sukses, Tjahjo langsung mendapat bantahan. Pasalnya, dia mencatut nama Nurhayati Said Aqil Siradj, istri Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj sebagai anggota pengarah. Tjahjo mengklaim bila Nurhayati yang mengajukan diri menjadi tim sukses. Sementara Nurhayati mengaku tidak mengenal Tjahjo dan tidak pernah menawarkan diri menjadi tim sukses Jokowi-JK. 

Beberapa kiyai tergabung dalam tim pasukan yang dipimpin Tjahjo. Di antaranya mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, Ketua Dewan Syuro PKB KH Abdul Azis Manshur dan Musytasyar PBNU KH Dimyati Rais. Sementara Ketua Umum Muslimat NU yang jauh hari sudah diminta Jokowi menjadi juru bicaranya, secara resmi tak masuk dalam struktur dengan alasan Khofifah masih aktif sebagai Ketua Muslimat NU. Orang-orang ini boleh dikatakan sebagai unsur pro-Islam di tubuh timses Jokowi-JK. 

Namun demikian, di antara segelintir sosok pro Islam di atas, personil pasukan Jokowi-JK lebih didominasi oleh sosok-sok anti Islam dan musuh umat Islam, meskipun sebagian dari mereka beragama Islam. Sebut saja dua anggota tim pengarah AM Hendropriyono dan Luhut Panjaitan. 

Hendropriyono punya jejak rekam negatif dengan umat Islam akibat noda merah yang ia torehkan dalam kasus pembantaian warga Talangsari, Lampung, 7 Februari 1989 silam. 

Hendropriyono yang waktu itu menjabat sebagai Danrem 043/Garuda Hitam, bersama pasukannya menyerang kelompok pengajian Warsidi di Dusun Talangsari III, Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur. Korban pembantaian 209 orang. Peristiwa itu tidak selesai sampai sekarang. Selain itu, Koordinator KontraS Haris Azhar mengungkap kasus lain terkait Hendro adalah kematian aktivis HAM Munir pada 7 September 2004. 

Sementara Luhut Binsar Panjaitan, adalah jenderal protestan binaan Benny Moerdani. Saat menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era Presiden Gus Dur, Luhut membuka hubungan dagang dengan Israel. Pengesahan hubungan dagang Indonesia-Israel ini dimulai dengan keluarnya Keputusan Menperindag No.23/MPP/01/2001 tertanggal 10 Januari 2001. 

Sebelum mendukung Jokowi, Luhut adalah Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar. Ia lebih memilih keluar dari Golkar, ketimbang mengikuti keputusan partainya. Diketahui Luhut telah lama memiliki hubungan bisnis dengan Jokowi melalui perusahaannya PT Toba Sejahtera Group. Aktivitas Luhut dan jenderal-jenderal di sekilingnya bermarkas di Wisma Bakrie, Kuningan, Jakarta Selatan. Salah satu tokoh ABRI Hijau, Brigjen (Purn) Adityawarman Thaha terang-terangan menyebut Luhut “busuk”. “Saya bertentangan dengan dia sejak masih sipil,” kata Adityawarman.  

Sekretaris timses Jokowi-Jk dijabat oleh Andi Widjajanto. Andi adalah putra mendiang Mayjen Purn Theo Syafi’i. Meski menyandang nama “Syafi’ie”, Theo adalah jenderal Kristen dan anti-Islam. 

Di Tim Ahli, duduk dua nama tenar. Siti Musdah Mulia dan Rizal Sukma. Musdah, perempuan liberal, penolak syariat Islam dan pejuang LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Meski terang-terangan mendukung perkawinan homo, dalam susunan kabinet Jokowi-JK yang beredar di jejaring sosial nama Musdah ditempatkan sebagai calon Menteri Agama. Musdah pula yang beberapa waktu lalu menyatakan Jokowi-JK hendak menghapus kolom agama dalam KTP dan menghapus aturan tentang pendirian rumah ibadah. Sementara Rizal, adalah Ketua Lembaga Hubungan Luar Negeri PP Muhammadiyah yang kini menjabat sebagai Direktur Eksekutif CSIS, sebuah lembaga think-tank di era orde baru yang didirikan seorang pastor Jesuit, Pater Beek. 

Nama-nama lain yang termasuk deretan politisi anti Islam adalah Maruarar Sirait, putra Sabam Sirait, Trimedya Panjaitan yang melontarkan akan menghapus Perda Syariat, Rieke Diah Pitaloka yang disinyalir meneruskan agenda PKI, Eva Kusuma Sundari politisi liberal dan anti syariat Islam yang pernah menyatakan situs Islam lebih berbahaya dari pada situs porno. Beberapa waktu lalu, Eva membenarkan bila PDIP menurunkan kadernya untuk mengawasi para khatib Jumat. Juga Abdul Munir Mulkhan, yang tergabung dalam tim penggerak pemilih, yang selama ini dikenal sebagai sosok cendekiawan Muhammadiyah berparadigma Liberal.  

Selain didukung tim ini yang didominasi sosok-sosok anti Islam, Jokowi-JK juga di-support oleh tim relawan dan tokoh/pengamat liberal. Sebut saja Bara JP, Seknas Jokowi, PDIP Projo adalah kumpulan anak-anak muda yang beraliran kiri. Karena itu tak heran bila gagasan “revolusi mental” yang disampaikan Jokowi adalah adopsi dari ide yang dicetuskan mbah-nya Komunis, Karl Marx. 

Istilah revolusi mental ini dibuat untuk program cuci otak dalam pengembangan paham Sosialis-Komunis di kawasan Eropa yang Kapitalis, karena agama yang dogmatis dianggap sebagai penghambat dalam pengembangan paham Komunis. Marx menyebut agama sebagai candu.
 
Istilah revolusi mental juga dipakai oleh pendiri Partai Komunis China, Chen Duxiu bersama temannya Li Dazhao sebagai doktrin dan cuci otak kepada para buruh dan petani dalam menentang Kekaisaran China saat itu.

Di Indonesia sendiri, istilah “revolusi mental” ini pernah muncul. Istilah ini mulai dipakai oleh seorang pemuda asal Belitung yang bernama Ahmad Aidit, putra Abdullah Aidit dan kemudian mengganti namanya menjadi Dipo Nusantara Aidit (DN Aidit). Ketika ayahnya bertanya kenapa namanya diganti, Aidit menjawab saatnya revolusi mental dimulai dengan mengganti hal-hal yang akan menghambat pergerakan. Termasuk nama Ahmad yang dianggapnya berbau agama harus dibuang. 

Setelah DN Aidit terpilih jadi Ketua PKI, dia sukses menerapkan revolusi mental kepada para kader PKI, dan ormas-oramas underbow PKI seperti Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia (BTI), Gerwani, Sobsi dan Lekra yang dianggap simbol perlawanan kepada kaum feodalis.

Selain dukungan dari kelompok kiri, pengikut aliran sesat seperti Ahmadiyah dan Syiah juga terang-terangan memberikan dukungan untuk pasangan nomor urut dua ini. Dedengkot Syiah Indonesia, Jalaluddin Rachmat bahkan pernah diisukan bakal menjadi Menteri Agama dalam kabinet Jokowi-JK. 

Tokoh-tokoh JIL, politisi, pengamat, budayawan, akademisi juga tumplek bleg di kubu Jokowi. Saking antinya terhadap Prabowo dan kubunya, Wimar Witoelar, sampai mengunggah dalam akun facebook-nya, Probowo bersama sederatan tokoh Islam seperti Aa Gym, Anis Matta, Suryadharma Ali, Hatta Rajasa, Luthfi Hasan Ishaq, Tifatul Sembiring, Ustaz Abu Bakar Baasyir dan Habib Rizieq Syihab. Di atasnya bahkan diberi foto mantan Presiden Soeharto bersama tiga mujahid bom Bali dan Syekh Usamah bin Ladin.Tak sampai di situ, di bawah foto tokoh-tokoh itu masih diberi sejumlah logo partai pendukung koalisi Prabowo-Hatta dan ormas-ormas Islam. Logo ormas Islam yang dicantumkan antara lain Majelis Mujahidin Indonesia, Muhammadiyah, FPI, MUI dan HTI. Yang menyakitkan, adalah judul yang diberikan Wimar, "Gallery of Rogues, Kebangkitan Bad Guys". Terjemah bebasnya: Galeri Para Bajingan, Kebangkitan Orang-orang Jahat”. 
 
Media-media massa liberal semacam Tempo, Kompas, detikcom, Beritasatu dan sejenisnya juga full mendukung Jokowi-JK. Pencitraan berlebihan yang dibangun kelompok media inilah yang selama ini memperdaya masyarakat hingga masyarakat berkesimpulan bila Jokowi adalah sosok yang jujur, merakyat dan sederhana. Dukungan terhadap Jokowi menjadi sempurna saat pengusaha, Asing dan Aseng berbondong-bondong berdiri di belakang Jokowi. Sofyan Wanandi, Jacoeb Soetoyo, James T Riyadi, dan Tahir adalah sedikit nama pengusaha pendukung Jokowi. Dukungan negara-negara asing mengemuka saat mereka menemui Jokowi di rumah Jacoeb Soetoyo. 

Bicara soal amanat, Jokowi juga terbukti tidak amanat. Jabatan Wali Kota Surakarta periode kedua ditinggal di tengah jalan untuk mendapatkan jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Jabatan Gubernur didapat, tak genap dua tahun sudah ditinggal nyapres. Padahal sebelumnya, dengan gayanya, dia mengaku tidak berfikir soal copras-capres dan surva-survei. Saat kampanye ia juga kampanye menegaskan komitmennya sebagai gubernur selama lima tahun. 

Pasukan dan Pendukung Prabowo

Cukup mengagetkan Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta dijabat Mahfud MD. Mahfud, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, adalah calon Presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa. Berkat Mahfud dan Rhoma, suara PKB melonjak 100 persen dibanding pemilu sebelumnya. Sayangnya, suara PKB tak cukup untuk mengajukan sendiri seorang Capres. Saat PKB memutuskan berkoalisi dengan PDIP, nama Mahfud juga tak diusulkan sebagai Cawapres. Logis bila Mahfud akhirnya menerima tawaran sebagai Ketua Timses Prabowo-Hatta. 

Dibandingkan timses Jokowi-JK, tak banyak sosok yang anti Islam di kubu Prabowo. Di tataran elit timses, sosok yang perlu diwaspadai oleh umat Islam, terutama pendukung Prabowo-Hatta, adalah Hashim Djojohadikusumo yang duduk sebagai anggota penasihat, dan Harry Tanoesoedibjo yang masuk sebagai anggota dewan pakar. Soal Hashim dan HT sudah dikupas dalam tabloid Suara Islam edisi 183 lalu 

Nama lain yang harus diwaspadai adalah masuknya politikus Golkar Nurul Arifin sebagai juru bicara. Nurul selama ini dikenal berpandangan liberal dan anti terhadap perda Syariah. Selain itu, yang biasa nyinyir soal umat Islam, terutapa FPI, adalah Martin Hutabarat. Tokoh liberal, yang juga Direktur Eksekutif Freedom Institute Rizal Malarangeng juga harus diwaspadai sepak terjangnya. 

Namun demikian, bila disimpulkan, keberadaan para ulama, kiyai, habaib dan politisi Muslim di belakang Prabowo-Hatta jauh lebih banyak dibandingkan mereka yang anti Islam. Apalagi Prabowo-Hatta didukung oleh tiga partai Islam (PKS, PBB, PPP) dan partai berbasis massa Islam (PAN). Selain itu, ormas-ormas Islam di Indonesia mayoritas juga memberikan dukungannya untuk pasangan ini. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj secara pribadi terang-terangan mendukung Prabowo. Begitu pula dengan Muhammadiyah, meski Ketua Umumnya, Prof Dr Din Syamsuddin menyatakan netral, tetapi warga Muhammadiyah mayoritas mendukung Prabowo. Boleh dibilang, kubu ini adalah kubu Islam plus nasionalis. 

Prabowo-Hatta didukung oleh sekira 700 organisasi relawan (saat tulisan ini dibuat) yang mendeklarasikan diri di Rumah Polonia, Jakarta Timur. Mereka adalah para relawan dengan beragam latar belakang, baik profesi, organisasi maupun agama, termasuk aktivis organisasi Islam. 

Hanya saja, yang juga menjadi catatan di kubu ini adalah adanya relawan dari kalangan artis. Ahmad Dhani, bos Republik Cinta Management, artis yang cukup kontroversial, bisa menjadi faktor negatif bagi pasangan Prabowo-Hatta. Ahmad Dani belakangan membuat kontroversi yang berakibat negatif, mengenakan seragam NAZI dalam video klip “Indonesia Bangkit”. 

Prabowo adalah sosok yang menakutkan pengusaha Asing dan Aseng. Pengakuan ini disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi. Sofjan menilai pengusaha asing dan lokal khawatir jika Prabowo menjadi calon presiden. Menurutnya, dirinya cuek saat Prabowo menjadi cawapres atau menjadi Pangkostrad saat dinas militer karena tak terlalu memegang penuh kekuasaan."Tetapi mau jadi presiden, ini bahaya. Kalau kita sekali berbuat salah bisa bahaya. Itu juga yang membuat dolar naik karena pengusaha asing takut," ujar Sofjan di Jokowi Center, Jalan Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (28/6/2014).

Prabowo sendiri menyadari banyak pihak yang takut jika dirinya terpilih menjadi presiden. Karena menurutnya, jika terpilih menjadi presiden akan memberikan kesejahteraan untuk rakyat dan memberantas para koruptor. "Kami bertekad untuk hilangkan korupsi. Tapi banyak orang yang takut kalau saya jadi presiden. Saya tanya kenapa takut, mereka takut Indonesia saya akan buat rakyat sejahtera," kata Prabowo di kawasan Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (26/6/2014).

Prabowo-Hatta, Pilihan Umat

Dilihat dari pasukan inti dan pendukung kedua calon presiden-wakil presiden, terlihat sangat nyata bila pasangan nomor urut satu, Prabowo-Hatta, lebih layak untuk didukung. Prabowo-Hatta, meski ada sisi mudharatnya tetapi tingkat kemudharatannya lebih kecil dibandingkan pasangan Jokowi-JK. 

Kiyai Said Aqil Siroj menyebut Prabowo adalah sosok yang memenuhi syarat sebagai kepala negara sebagaimana ditulis Imam Al Mawardi dalam kitab Al Ahkam As-Sulthaniyah, memiliki kecerdasan akal dan kekuatan fisik. Din Syamsuddin juga pernah menyebut bila Prabowo menjadi Presiden, Singapura akan hormat terhadap Indonesia. Tentang sosok Prabowo sendiri, Din mengaku bila ia dan sejumlah orang yang dekat dengan Prabowo memanggilnya “Omar”. 

Prabowo juga mempunyai visi membangun Indonesia menjadi negara yang kuat, bermartabat dan mandiri. Selain itu, sejak menjadi tentara, Prabowo juga telah dekat dengan ulama dan pesantren. Komitmennya untuk menjaga kemurnian agama dari berbagai penodaan juga diwujudkan dalam manifesto partainya, Gerindra. 

Prabowo selama ini juga belum pernah berkomentar negatif soal Perda-perda Syariah, tidak berencana mengangkat pendukung kaum homo sebagai calon Menag, dan tidak berniat menghapus kolom agama di KTP serta penghapusan aturan pendirian rumah ibadah. Insya Allah Prabowo-Hatta akan lebih maslahat untuk umat dan Islam.
Sumber : suara-islam.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar