Prabowo Versus Jokowi Ibarat Makan Buah Simalakama - Bagai makan buah simalakama, maju kena mundur pun kena. Dipilih belum
tentu membawa maslahat, ditinggalkan bakal membawa kemudharatan. Inilah
posisi umat Islam Indonesia menghadapi agenda besar perubahan
kepemimpinan nasional 2014. Dari dua pasangan calon presiden dan wakil
presiden, tak satupun ada yang benar-benar pro terhadap Islam dan
konsisten terhadap penegakan syariat Islam.
Supaya tidak bingung menentukan pilihan, Imam Besar Front Pembela Islam
(FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab punya panduan yang sederhana untuk
umat. Menggunakan kaidah "wujuubul ‘amali bi akhoffidh dhororain" yaitu
wajib beramal dengan mudharat yang lebih ringan.
Lalu bagaimana cara menerapkan kaidah tersebut untuk menilai mana yang
lebih banyak maslahatnya untuk umat, Prabowo Subianto atau Joko Widodo?.
Menurut Habib Rizieq, ada empat kritera untuk menjawab pertanyaan itu.
Pertama, lihat dan cermati, siapa yang banyak didukung kelompok liberal
dan aliran sesat dan sebaliknya, siapa yang lebih banyak didukung
kelompok Islam. Kedua, siapa yang dikelilingi asing dan aseng dan
sebaliknya, siapa yang kurang disukai asing dan aseng. Ketiga, siapa
yang lebih tidak bertanggung-jawab, suka meninggalkan amanat tugas dari
rakyat sebelum waktunya?. Keempat, siapa yang punya keberanian dan
ketegasan untuk melawan intervensi asing? dan seterusnya.
“Jawaban dari semua pertanyaan di atas akan mengantarkan kita kepada
pilihan yang terbaik dalam keadaan darurat saat ini, insya Allah,”
ungkap Habib Rizieq.
Pasukan dan Pendukung Jokowi
Tjahjo Kumolo didapuk oleh partai koalisi pengusung Jokowi-JK menjadi
ketua tim pemenangan. Lelaki kelahiran Surakarta 1 Desember 1957 ini
adalah Sekjen PDIP Periode 2009-2014. Usai mengumumkan anggota tim
sukses, Tjahjo langsung mendapat bantahan. Pasalnya, dia mencatut nama
Nurhayati Said Aqil Siradj, istri Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj
sebagai anggota pengarah. Tjahjo mengklaim bila Nurhayati yang
mengajukan diri menjadi tim sukses. Sementara Nurhayati mengaku tidak
mengenal Tjahjo dan tidak pernah menawarkan diri menjadi tim sukses
Jokowi-JK.
Beberapa kiyai tergabung dalam tim pasukan yang dipimpin Tjahjo. Di
antaranya mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, Ketua Dewan Syuro PKB
KH Abdul Azis Manshur dan Musytasyar PBNU KH Dimyati Rais. Sementara
Ketua Umum Muslimat NU yang jauh hari sudah diminta Jokowi menjadi juru
bicaranya, secara resmi tak masuk dalam struktur dengan alasan Khofifah
masih aktif sebagai Ketua Muslimat NU. Orang-orang ini boleh dikatakan
sebagai unsur pro-Islam di tubuh timses Jokowi-JK.
Namun demikian, di antara segelintir sosok pro Islam di atas, personil
pasukan Jokowi-JK lebih didominasi oleh sosok-sok anti Islam dan musuh
umat Islam, meskipun sebagian dari mereka beragama Islam. Sebut saja dua
anggota tim pengarah AM Hendropriyono dan Luhut Panjaitan.
Hendropriyono punya jejak rekam negatif dengan umat Islam akibat noda
merah yang ia torehkan dalam kasus pembantaian warga Talangsari,
Lampung, 7 Februari 1989 silam.
Hendropriyono yang waktu itu menjabat sebagai Danrem 043/Garuda Hitam,
bersama pasukannya menyerang kelompok pengajian Warsidi di Dusun
Talangsari III, Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten
Lampung Timur. Korban pembantaian 209 orang. Peristiwa itu tidak selesai
sampai sekarang. Selain itu, Koordinator KontraS Haris Azhar mengungkap
kasus lain terkait Hendro adalah kematian aktivis HAM Munir pada 7
September 2004.
Sementara Luhut Binsar Panjaitan, adalah jenderal protestan binaan Benny
Moerdani. Saat menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan
di era Presiden Gus Dur, Luhut membuka hubungan dagang dengan Israel.
Pengesahan hubungan dagang Indonesia-Israel ini dimulai dengan keluarnya
Keputusan Menperindag No.23/MPP/01/2001 tertanggal 10 Januari 2001.
Sebelum mendukung Jokowi, Luhut adalah Wakil Ketua Dewan Pertimbangan
Partai Golkar. Ia lebih memilih keluar dari Golkar, ketimbang mengikuti
keputusan partainya. Diketahui Luhut telah lama memiliki hubungan bisnis
dengan Jokowi melalui perusahaannya PT Toba Sejahtera Group. Aktivitas
Luhut dan jenderal-jenderal di sekilingnya bermarkas di Wisma Bakrie,
Kuningan, Jakarta Selatan. Salah satu tokoh ABRI Hijau, Brigjen (Purn)
Adityawarman Thaha terang-terangan menyebut Luhut “busuk”. “Saya
bertentangan dengan dia sejak masih sipil,” kata Adityawarman.
Sekretaris timses Jokowi-Jk dijabat oleh Andi Widjajanto. Andi adalah
putra mendiang Mayjen Purn Theo Syafi’i. Meski menyandang nama
“Syafi’ie”, Theo adalah jenderal Kristen dan anti-Islam.
Di Tim Ahli, duduk dua nama tenar. Siti Musdah Mulia dan Rizal Sukma.
Musdah, perempuan liberal, penolak syariat Islam dan pejuang LGBT
(Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Meski terang-terangan
mendukung perkawinan homo, dalam susunan kabinet Jokowi-JK yang beredar
di jejaring sosial nama Musdah ditempatkan sebagai calon Menteri Agama.
Musdah pula yang beberapa waktu lalu menyatakan Jokowi-JK hendak
menghapus kolom agama dalam KTP dan menghapus aturan tentang pendirian
rumah ibadah. Sementara Rizal, adalah Ketua Lembaga Hubungan Luar Negeri
PP Muhammadiyah yang kini menjabat sebagai Direktur Eksekutif CSIS,
sebuah lembaga think-tank di era orde baru yang didirikan seorang pastor
Jesuit, Pater Beek.
Nama-nama lain yang termasuk deretan politisi anti Islam adalah Maruarar
Sirait, putra Sabam Sirait, Trimedya Panjaitan yang melontarkan akan
menghapus Perda Syariat, Rieke Diah Pitaloka yang disinyalir meneruskan
agenda PKI, Eva Kusuma Sundari politisi liberal dan anti syariat Islam
yang pernah menyatakan situs Islam lebih berbahaya dari pada situs
porno. Beberapa waktu lalu, Eva membenarkan bila PDIP menurunkan
kadernya untuk mengawasi para khatib Jumat. Juga Abdul Munir Mulkhan,
yang tergabung dalam tim penggerak pemilih, yang selama ini dikenal
sebagai sosok cendekiawan Muhammadiyah berparadigma Liberal.
Selain didukung tim ini yang didominasi sosok-sosok anti Islam,
Jokowi-JK juga di-support oleh tim relawan dan tokoh/pengamat liberal.
Sebut saja Bara JP, Seknas Jokowi, PDIP Projo adalah kumpulan anak-anak
muda yang beraliran kiri. Karena itu tak heran bila gagasan “revolusi
mental” yang disampaikan Jokowi adalah adopsi dari ide yang dicetuskan
mbah-nya Komunis, Karl Marx.
Istilah revolusi mental ini dibuat untuk program cuci otak dalam
pengembangan paham Sosialis-Komunis di kawasan Eropa yang Kapitalis,
karena agama yang dogmatis dianggap sebagai penghambat dalam
pengembangan paham Komunis. Marx menyebut agama sebagai candu.
Istilah revolusi mental juga dipakai oleh pendiri Partai Komunis China,
Chen Duxiu bersama temannya Li Dazhao sebagai doktrin dan cuci otak
kepada para buruh dan petani dalam menentang Kekaisaran China saat itu.
Di Indonesia sendiri, istilah “revolusi mental” ini pernah muncul.
Istilah ini mulai dipakai oleh seorang pemuda asal Belitung yang bernama
Ahmad Aidit, putra Abdullah Aidit dan kemudian mengganti namanya
menjadi Dipo Nusantara Aidit (DN Aidit). Ketika ayahnya bertanya kenapa
namanya diganti, Aidit menjawab saatnya revolusi mental dimulai dengan
mengganti hal-hal yang akan menghambat pergerakan. Termasuk nama Ahmad
yang dianggapnya berbau agama harus dibuang.
Setelah DN Aidit terpilih jadi Ketua PKI, dia sukses menerapkan revolusi
mental kepada para kader PKI, dan ormas-oramas underbow PKI seperti
Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia (BTI), Gerwani, Sobsi dan Lekra
yang dianggap simbol perlawanan kepada kaum feodalis.
Selain dukungan dari kelompok kiri, pengikut aliran sesat seperti
Ahmadiyah dan Syiah juga terang-terangan memberikan dukungan untuk
pasangan nomor urut dua ini. Dedengkot Syiah Indonesia, Jalaluddin
Rachmat bahkan pernah diisukan bakal menjadi Menteri Agama dalam kabinet
Jokowi-JK.
Tokoh-tokoh JIL, politisi, pengamat, budayawan, akademisi juga tumplek bleg di
kubu Jokowi. Saking antinya terhadap Prabowo dan kubunya, Wimar
Witoelar, sampai mengunggah dalam akun facebook-nya, Probowo bersama
sederatan tokoh Islam seperti Aa Gym, Anis Matta, Suryadharma Ali, Hatta
Rajasa, Luthfi Hasan Ishaq, Tifatul Sembiring, Ustaz Abu Bakar Baasyir
dan Habib Rizieq Syihab. Di atasnya bahkan diberi foto mantan Presiden
Soeharto bersama tiga mujahid bom Bali dan Syekh Usamah bin Ladin.Tak
sampai di situ, di bawah foto tokoh-tokoh itu masih diberi sejumlah logo
partai pendukung koalisi Prabowo-Hatta dan ormas-ormas Islam. Logo
ormas Islam yang dicantumkan antara lain Majelis Mujahidin Indonesia,
Muhammadiyah, FPI, MUI dan HTI. Yang menyakitkan, adalah judul yang
diberikan Wimar, "Gallery of Rogues, Kebangkitan Bad Guys". Terjemah
bebasnya: Galeri Para Bajingan, Kebangkitan Orang-orang Jahat”.
Media-media massa liberal semacam Tempo, Kompas, detikcom, Beritasatu
dan sejenisnya juga full mendukung Jokowi-JK. Pencitraan berlebihan yang
dibangun kelompok media inilah yang selama ini memperdaya masyarakat
hingga masyarakat berkesimpulan bila Jokowi adalah sosok yang jujur,
merakyat dan sederhana. Dukungan terhadap Jokowi menjadi sempurna saat
pengusaha, Asing dan Aseng berbondong-bondong berdiri di belakang
Jokowi. Sofyan Wanandi, Jacoeb Soetoyo, James T Riyadi, dan Tahir adalah
sedikit nama pengusaha pendukung Jokowi. Dukungan negara-negara asing
mengemuka saat mereka menemui Jokowi di rumah Jacoeb Soetoyo.
Bicara soal amanat, Jokowi juga terbukti tidak amanat. Jabatan Wali Kota
Surakarta periode kedua ditinggal di tengah jalan untuk mendapatkan
jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Jabatan Gubernur didapat, tak
genap dua tahun sudah ditinggal nyapres. Padahal sebelumnya, dengan
gayanya, dia mengaku tidak berfikir soal copras-capres dan surva-survei.
Saat kampanye ia juga kampanye menegaskan komitmennya sebagai gubernur
selama lima tahun.
Pasukan dan Pendukung Prabowo
Cukup mengagetkan Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta dijabat Mahfud MD.
Mahfud, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, adalah calon Presiden dari
Partai Kebangkitan Bangsa. Berkat Mahfud dan Rhoma, suara PKB melonjak
100 persen dibanding pemilu sebelumnya. Sayangnya, suara PKB tak cukup
untuk mengajukan sendiri seorang Capres. Saat PKB memutuskan berkoalisi
dengan PDIP, nama Mahfud juga tak diusulkan sebagai Cawapres. Logis bila
Mahfud akhirnya menerima tawaran sebagai Ketua Timses Prabowo-Hatta.
Dibandingkan timses Jokowi-JK, tak banyak sosok yang anti Islam di kubu
Prabowo. Di tataran elit timses, sosok yang perlu diwaspadai oleh umat
Islam, terutama pendukung Prabowo-Hatta, adalah Hashim Djojohadikusumo
yang duduk sebagai anggota penasihat, dan Harry Tanoesoedibjo yang masuk
sebagai anggota dewan pakar. Soal Hashim dan HT sudah dikupas dalam
tabloid Suara Islam edisi 183 lalu
Nama lain yang harus diwaspadai adalah masuknya politikus Golkar Nurul
Arifin sebagai juru bicara. Nurul selama ini dikenal berpandangan
liberal dan anti terhadap perda Syariah. Selain itu, yang biasa nyinyir
soal umat Islam, terutapa FPI, adalah Martin Hutabarat. Tokoh liberal,
yang juga Direktur Eksekutif Freedom Institute Rizal Malarangeng juga
harus diwaspadai sepak terjangnya.
Namun demikian, bila disimpulkan, keberadaan para ulama, kiyai, habaib
dan politisi Muslim di belakang Prabowo-Hatta jauh lebih banyak
dibandingkan mereka yang anti Islam. Apalagi Prabowo-Hatta didukung oleh
tiga partai Islam (PKS, PBB, PPP) dan partai berbasis massa Islam
(PAN). Selain itu, ormas-ormas Islam di Indonesia mayoritas juga
memberikan dukungannya untuk pasangan ini. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil
Siroj secara pribadi terang-terangan mendukung Prabowo. Begitu pula
dengan Muhammadiyah, meski Ketua Umumnya, Prof Dr Din Syamsuddin
menyatakan netral, tetapi warga Muhammadiyah mayoritas mendukung
Prabowo. Boleh dibilang, kubu ini adalah kubu Islam plus nasionalis.
Prabowo-Hatta didukung oleh sekira 700 organisasi relawan (saat tulisan
ini dibuat) yang mendeklarasikan diri di Rumah Polonia, Jakarta Timur.
Mereka adalah para relawan dengan beragam latar belakang, baik profesi,
organisasi maupun agama, termasuk aktivis organisasi Islam.
Hanya saja, yang juga menjadi catatan di kubu ini adalah adanya relawan
dari kalangan artis. Ahmad Dhani, bos Republik Cinta Management, artis
yang cukup kontroversial, bisa menjadi faktor negatif bagi pasangan
Prabowo-Hatta. Ahmad Dani belakangan membuat kontroversi yang berakibat
negatif, mengenakan seragam NAZI dalam video klip “Indonesia Bangkit”.
Prabowo adalah sosok yang menakutkan pengusaha Asing dan Aseng.
Pengakuan ini disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)
Sofjan Wanandi. Sofjan menilai pengusaha asing dan lokal khawatir jika
Prabowo menjadi calon presiden. Menurutnya, dirinya cuek saat Prabowo
menjadi cawapres atau menjadi Pangkostrad saat dinas militer karena tak
terlalu memegang penuh kekuasaan."Tetapi mau jadi presiden, ini bahaya.
Kalau kita sekali berbuat salah bisa bahaya. Itu juga yang membuat dolar
naik karena pengusaha asing takut," ujar Sofjan di Jokowi Center, Jalan
Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (28/6/2014).
Prabowo sendiri menyadari banyak pihak yang takut jika dirinya terpilih
menjadi presiden. Karena menurutnya, jika terpilih menjadi presiden akan
memberikan kesejahteraan untuk rakyat dan memberantas para koruptor.
"Kami bertekad untuk hilangkan korupsi. Tapi banyak orang yang takut
kalau saya jadi presiden. Saya tanya kenapa takut, mereka takut
Indonesia saya akan buat rakyat sejahtera," kata Prabowo di kawasan
Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (26/6/2014).
Prabowo-Hatta, Pilihan Umat
Dilihat dari pasukan inti dan pendukung kedua calon presiden-wakil
presiden, terlihat sangat nyata bila pasangan nomor urut satu,
Prabowo-Hatta, lebih layak untuk didukung. Prabowo-Hatta, meski ada sisi
mudharatnya tetapi tingkat kemudharatannya lebih kecil dibandingkan
pasangan Jokowi-JK.
Kiyai Said Aqil Siroj menyebut Prabowo adalah sosok yang memenuhi syarat
sebagai kepala negara sebagaimana ditulis Imam Al Mawardi dalam kitab
Al Ahkam As-Sulthaniyah, memiliki kecerdasan akal dan kekuatan fisik.
Din Syamsuddin juga pernah menyebut bila Prabowo menjadi Presiden,
Singapura akan hormat terhadap Indonesia. Tentang sosok Prabowo sendiri,
Din mengaku bila ia dan sejumlah orang yang dekat dengan Prabowo
memanggilnya “Omar”.
Prabowo juga mempunyai visi membangun Indonesia menjadi negara yang
kuat, bermartabat dan mandiri. Selain itu, sejak menjadi tentara,
Prabowo juga telah dekat dengan ulama dan pesantren. Komitmennya untuk
menjaga kemurnian agama dari berbagai penodaan juga diwujudkan dalam
manifesto partainya, Gerindra.
Prabowo selama ini juga belum pernah berkomentar negatif soal
Perda-perda Syariah, tidak berencana mengangkat pendukung kaum homo
sebagai calon Menag, dan tidak berniat menghapus kolom agama di KTP
serta penghapusan aturan pendirian rumah ibadah. Insya Allah
Prabowo-Hatta akan lebih maslahat untuk umat dan Islam.
Sumber : suara-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar