Sistem Pemilu Membuat Caleg Kehilangan Akal Sehatnya - Disadari atau tidak, sistem pemilu saat ini memang membuat para caleg kehilangan akal sehatnya. Besarnya modal yang harus dikeluarkan saat pemilu membuat mereka bernafsu untuk memenangkan pemilihan karena takut merugi. Sistem proporsional terbuka dan banyak partai dalam pemilu membuat proses seleksi caleg menjadi kendor dan memungkinkan partai untuk mengutamakan caleg yang bermodal besar.
Seperti yang diungkapkan oleh Pakar Psikologi Politik Prof Dr Hamdi Muluk, dengan sistem terbuka ini juga akan bersaing di antara caleg dari anggota parpol sendiri. Ya tentu sangat mahal biayanya. Sudah pinjam sana-sini, sudah habis satu milyar kok belum cukup juga. Nanti kalau tidak terpilih stres dia karena tidak bisa mengembalikan pinjaman. (mediaumat.com 16/2).
Dengan mekanisme tersebut, maka wajar jika banyak caleg yang muncul ke permukaan tidak memiliki kapabilitas yang cukup untuk menjadi seorang pemimpin. Tak heran pula kita melihat banyaknya rumah sakit jiwa yang sudah mempersiapkan ruang khusus bagi caleg yang tidak terpilih. Caleg yang memiliki kapabilitas namun terbatas dari segi dana harus rela tersingkir dari pemilihan. Wajar pula bila masyarakat pesimis akan perubahan yang dilahirkan dari sistem ini.
Melihat fakta diatas, maka sudah seharusnya kita mulai mengkritisi sistem yang ada. Bahwasanya akar masalah tidak hanya bertumpu pada sosok pemimpin namun juga sistem yang diterapkan. Ibarat kendaraan (sistem) dan pengemudi (pemimpin), keduanya haruslah benar-benar baik agar seluruh penumpang bisa selamat.
Perlu diperhatikan pula bahwa dalam Islam pemimpin memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Seluruh amanah yang berat ini akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah. Maka sungguh aneh bila mereka berebut ingin menjadi pemimpin bila tidak memiliki kapabilitas. Perlu kiranya kita merenungkan hadist berikut ini; “Abu ja’la (ma’qil) bin jasar r.a berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: tiada seorang yang diamanati oleh Allah memimpin rakyat kemudian ketika ia meninggal ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti allah mengharamkan baginya surga.” (HR Bukhari, Muslim)
sumber : islampos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar